Langsung ke konten utama

Diusut Rasa, Dibungkam Logika

Diusut Rasa, Dibungkam Logika.

Kini tidak dapat lagi, bercerita tentang matahari, rembulan, dan segala impian-impian yang tersembunyi.


Dambaan lengah kau usap jadi nyata
Ditengah putus asa, kau hadir penuh karsa
Kau raup semua paku dalam diriku
Tampak rela terluka sendu

Tepikan dahaga akan afeksi
Rasanya tak lebih dari meneguk setumpuk duri
Bahkan amis darah ini terasa manis
Rasanya seperti semua padan jika menyangkut kamu

Merayap serasa dikecap 
Menyeruak dalam jiwa, pilunya
Teriakkan berjuta asa akan rasa
Yang tak kunjung dicipta

Bualan diambang pecah
Matinya tinggalkan cacah
Dibajak ego menjadi limbah sambah
Serupa kita, bukankah?

Nyanyian tersendu - sendu ini sampai habis
Indahmu tak lain mematikan layak wisteria
Memaksaku untuk sastrakan bahwa,
Aku memuja sampai bumi berhenti berporos pada matahari

-N, sang penggila lara.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ragu yang Kalap.

Ragu yang Kalap Tragedi luka tentang amatirnya merasa, membuat ragu bersemayam pada yang bukan. Terkujur jiwa ini Dalam peti mati Terkujur perasaan ini Rayakan yang tlah mati Ditancapnya berjuta keping kaca Pada hati yang entah, Akan berwujud semula Atau tidak Hanya perlu satu raup Tuk raibkan rasa kelu Yaitu tentang aku Yang harusnya masih hidup Rasa sulit terlelap Mempertanyakan yang hinggap Layakkah ku mendapat dekap? Setelah sayat yang menyekap? - N, yang merasa akan kehambaran.

Perisai Jiwa Kalut.

Perisai Jiwa Kalut. Biarkan aku menjelma banyak hal untuk bercerita tentang kamu, yang memberiku balut pada sejuta luka yang ku raup.  Karna ada beberapa hal di bentala ini yang memang tidak seharusnya untuk dipahami. Termasuk tentang gelas kaca retak yang akan bisa kembali menjadi satu jika dipahat kembali oleh yang mengasihi, tentang abu-abu nya penglihatan yang dalam kedipan mata menjadi berwarna oleh yang memberi tawar, dan tentang kamu yang menjadi semuanya. Pandanganku terhadap dunia terlalu lemah sampai kamu menghempas hal-hal hina yang buatku merasa demikian. Terkadang secara sadar aku dengan tak merasa disayangkannya mengeluarkan air mata saat berfikir tentang betapa menakjubkannya semesta setelah hidupku berporos pada kamu. Aku senang dapat melihat dunia menjadi seindah ini, seindah saat kamu mengatakan padaku bahwa semuanya akan baik-baik saja. Walau terkadang perasaan-perasaan bergemuruh dalam diri ini membuatku menjadi wanita gila, sabarmu tak pernah terlipat menghadap...

Aku 'manusia', Bukan 'Manusia'

Aku 'manusia', Bukan 'Manusia' Luka pada setiap desir-desir darah manusia adalah hal lumrah, yakin pada jagat bahwa akan ada balut pada setiap luka yang kau peluk. Bukan nona jika tak banyak ingin Bahhkan ketika banyak larva yang terurai Mari mati, jika sepi datang lagi Mati mari, jika tak lagi sepi Lambai pun tampak tak kasat Aku seperti ingin teriak "Wahai bentala, perlakukan aku dengan layak!" Namun paku keluar dari mulutku tak kalah banyak Aku muak dengan tatap tatap mata asing Sudahkah darah ini tergerak berhenti? Atau, masih menjalar Layak belati yang tertancap di relung diri Aku, yang selalu buncah akan sepi Aku, yang selalu haus akan afeksi Dan aku, yang jiwanya tampak di ambang mati Tapi, Tuhan masih baik hati dengan memberi balut pada setiap darah mengalir yang tampak ngeri. - N, seorang 'aku' yang tak kau sadar juga kamu.